Ambon – Suasana hangat dan penuh keakraban tercipta di Blok Hunian Cempaka, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Ambon, Rabu (11/06), saat digelarnya kegiatan Paparisa Carita. Kegiatan ini merupakan forum dialog santai antara petugas dan warga binaan pemasyarakatan (WBP), yang dirancang untuk membangun komunikasi yang lebih terbuka, setara, dan manusiawi.
Paparisa Carita, yang berarti “Rumah Cerita”, hadir sebagai terobosan dalam pendekatan pembinaan yang lebih empatik. Inisiatif ini membuka ruang dialog yang tidak terikat formalitas, memungkinkan para WBP menyampaikan gagasan, harapan, maupun unek-unek yang selama ini terpendam. Dalam forum ini, petugas hadir bukan hanya sebagai pengawas, melainkan juga sebagai pendengar, pembimbing, dan motivator.
Kepala Rutan Ambon, Ferdika, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang lebih kondusif dan berorientasi pada pemulihan hubungan sosial.
“Paparisa Carita adalah langkah kami untuk lebih dekat secara emosional dengan warga binaan. Di sinilah kami membangun komunikasi yang dilandasi saling percaya dan saling menghargai,” ujarnya.
Kegiatan dimulai dengan sesi cerita bebas, di mana warga binaan diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman hidup, menyuarakan kebutuhan, serta menyampaikan kritik dan saran. Suasana penuh kehangatan semakin terasa saat beberapa WBP Memberikan masukan atau pun saran, disambut dengan antusias oleh para petugas.
Kasubsi TU, Anita, menyampaikan bahwa komunikasi yang dibangun melalui kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap perilaku dan semangat warga binaan dalam menjalani masa pembinaan. Ia juga turut memberikan pemahaman terkait hak-hak WBP, seperti Register F, SK Integrasi 2/3 masa pidana, serta remisi umum dan dasawarsa. “Ruang seperti ini adalah bentuk nyata rehabilitasi sosial. Kita melihat potensi besar yang muncul saat mereka diberi kesempatan untuk bersuara,” kata Anita.
Salah satu warga binaan mengungkapkan rasa senangnya mengikuti kegiatan ini. “Biasanya kami hanya bisa bicara saat ada pemeriksaan atau kegiatan resmi. Tapi di sini, kami bisa cerita bebas, dan didengar seperti teman. Rasanya lebih tenang dan dihargai,” ungkapnya.
Selain diskusi, kegiatan juga diisi dengan permainan kelompok, kuis edukatif, dan sesi refleksi bersama. Keseluruhan rangkaian acara menunjukkan bahwa pendekatan humanis dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara petugas dan WBP, membangun iklim pembinaan yang sehat dan produktif.
Menutup kegiatan, Ferdika berharap Paparisa Carita dapat dijadikan kegiatan rutin di Rutan Ambon. “Kami ingin pembinaan tidak hanya sekadar formalitas, tetapi menjadi proses yang menyentuh sisi kemanusiaan. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling menghargai, pemasyarakatan akan menjadi lebih bermakna dan berdampak positif jangka panjang,” tutupnya.
Melalui Paparisa Carita, Rutan Ambon menunjukkan komitmen untuk terus berinovasi dalam menciptakan pendekatan pembinaan yang lebih inklusif, partisipatif, dan menyentuh hati.